Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.
(Q.S Maryam [19]: 96)
Pro-kontra boleh tidaknya umat Islam mengikuti perayaan valentine sudah lama terjadi, di mana keduanya saling beradu argumen yang sama-sama menganggap dirinya berada di pihak yang benar. Mereka yang kontra dengan valentine mengklaim bahwa mengikuti perayaan itu adalah haram karena dapat merusak keyakinan kita sebagai umat Islam dan dianggap telah menodai agamanya sendiri karena telah melakukan ritual agama lain. Sedangkan, yang lain berpandangan bahwa valentine hanyalah budaya yang telah menjamur di masyarakat luas yang tidak ada hubungannya dengan ritual maupun keyakinan dalam beragama maupun beraqidah. Memang dalam sejarah awal mula konon perayaan ini berasal dari barat yang diambil dari nama seorang yang dikuduskan St Valentine. Namun sebenarnya, perayaan hari kasih sayang ini bukanlah lahir dari inisiasi Gereja Katholik pada masa itu, melainkan budaya yang memang telah dikembangkan oleh sebagian besar masyarakat barat di Eropa dan Amerika. Maka, valentinesebenarnya bukanlah sebuah hari raya dari ajaran agama tertentu, tapi budaya barat yang telah menyebar keseluruh dunia yang dalam perjalanan sejarahnya berevolusi menjadi budaya kasih sayang.
Apakah segala sesuatu yang tidak ada di dalam agama adalah haram dan dilarang? Belum tentu. Perbedaan pendapat mengenai hal ini hanya terjadi dan terletak pada pemahaman manusia terhadap sesuatu. Bukankah di Indonesia kita banyak mengadopsi perayaan hari tertentu seperti hari ibu misalnya, yang tidak terdapat didalam agama tapi toh kita tetap bisa menerimanya. Namun, kita telah melihat bahwa pelarangan valentine tersebut marak dilakukan dibeberapa daerah. Meskipun sebenarnya pelarangan tidaklah menyelesaikan permasalahan. Karena hanya mendorong para remaja untuk melakukannya secara tersembunyi. Benarkah valentine seringkali digunakan sebagai ajang untuk berbuat maksiat sehingga melanggar norma susila dimasyarakat dan agama? Belum tentu juga, karena kemaksiatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Kasih sayang justru tidak berhubungan dengan kemaksiatan atau tindakan asusila. Bahwa, ajaran kasih sayang inilah yang sebenarnya dibawa oleh Rasulullah saw. Dan, sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada didalam Islam. Rasulullah saw mengajarkan kita agar senantiasa menyalakan lilin kasih sayang di dalam jiwa. Beliau bersabda, “bahwa aku diutus untuk memperlihatkan kasih sayang” (H.R bukhari). Inilah ajaran Islam yang mulia, sampai beliau berkata kepada umatnya, “Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya”. (H.R. Tirmidzi).
Kasih sayang bukanlah sebuah produk dari ajaran agama tertentu. Kasih sayang adalah nilai-nilai ketuhanan yang ada di dalam jiwa manusia. Itulah fitrah manusia. Dan, itulah yang menjadi misi Rasulullah dalam mengajarkan Islam sebagai ajaran mulia yang tidak pernah membedakan satu orang dengan orang yang lain di dalam memperoleh kasih sayang.
Ketika di masa Nabi Muhammad saw masih hidup, Arab merupakan wilayah agama yang terdiri dari beragam budaya dan pemikiran berbeda. Yahudi, Kristen, Sabi’in, Zoroaster dan pemuja berhala semua hidup berdampingan bersama banyak suku bangsa yang berlawanan satu sama lain. Namun, terlepas dari perbedaan dan keberagaman itu semua, Rasulullah bersabda, “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi.” Wahai Rasulullah, “Semua kami pengasih,” jawab mereka. Berkata Rasulullah,“Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk seluruh umat manusia)” (H.R. Ath-Thabrani). Inilah yang mesti kita jadikan landasan moral di dalam merayakan kasih sayang. Kebudayaan yang memiliki nilai positif tak perlu dihapus dan dilarang. Semua tinggal diarahkan kedalam bentuk aktifitas yang memiliki nilai positif dan manfaat. Sebagaimana dengan ajaran Islam yang membumi di tanah jawa tanpa menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Keberhasilan dakwah Sunan Kalijaga di tanah jawa bukanlah dengan melarang suatu budaya yang telah berkembang. Melainkan menjadikan budaya sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Beliau memperkenalkan agama Islam secara luwes dan fleksibel tanpa menghilangkan adat-istiadat/ kesenian daerah yang ada. Banyak sekali mahakarya beliau dalam bidang budaya, di mana semuanya beliau gunakan sebagai media dalam menyampaikan ajaran Islam. Baik dalam bentuk kesenian wayang, tembang jawa, grebek mulud dan sekaten. Selama kita tidak mudah membidahkan dan mengahramkannya, maka kita akan menemukan nilai-nilai dan mutiara spiritual didalamnya.
Sama halnya dengan valentine day atau hari kasih sayang yang sudah menjadi tren- budaya didalam masyarakat luas. Penulis sangat menyayangkan adanya banyak pelarangan dari para majelis ulama. Karena kita tahu semua bahwa Islam datang untuk mengajarkan amar ma’ruf dan nahyi munkar, bukan datang untuk mengharamkan ini dan itu. Dalam kajian fikih, seluruh jenis ibadah (mahdah) adalah haram hukumnya kecuali yang ada perintahnya di dalam al Quran. Sedangkan perihal keduniaan, semuanya halal kecuali ada larangan dalam al Quran dan Hadits. Jika semua itu dikaitkan dengan momen perayaan valentine day yang hanya merupakan masalah duniawi, maka itu artinya tak ada seorang pun yang berhak menyatakan pengharamannya. Terlebih lagi karena di dalamnya tidak terdapat ritual dari ajaran agama tertentu. Maka, sah-sah saja selama tidak melanggar norma dan etika yang berlaku di dalam agama maupun masyarakat khususnya bangsa Indonesia. Tidaklah tepat jika valentine day diidentikan dengan ritual agama lain, karena momen berbagi cinta dan kasih sayang ada disemua agama. Setiap agama demikian juga Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa berbagi cinta dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia dan alam semesta.
Memang, sebagian besar masyarakat merayakannnya dengan berpesta maupun berbagi coklat, tukar kado dan bunga dengan pasangan hidupnya atau kepada orang yang kita sayangi. Meskipun demikian, hal itu dapat kita jadikan sebagai media untuk berbagi kasih kepada saudara kita yang masih kekurangan dan butuh pertolongan kita. Bukannya tidak boleh untuk berbagi berpesta atau berbagi coklat bersama pasangan hidup atau orang-orang yang kita cintai, akan tetapi berbagi kebahagiaan kepada saudara kita yang butuh mungkin itu akan jauh lebih berarti dan bermakna.
Valentine day sebagai hari kasih sayang juga bisa diarahkan kedalam bentuk kegiatan positif lainnya, seperti perayaan kasih sayang orang tua dan anak, perlombaan puisi, merangkai bunga dan lain-lain. Makna cinta perlu kita perluas lagi, bahwa cinta tidak hanya ditujukan pada pasangan hidupnya saja. Tapi juga orang-orang disekitar kita yang kekurangan maupun lingkungan alam sekitarnya.
Maka dari itu, yang terpenting adalah perayaan valentine itu sendiri tidak menjurus kearah kriminal dan melanggar norma-norma susila bangsa Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bagi kita semua, para guru, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mengajarkan etika dan norma sosial bagi bangsa Indonesia. Etika dan norma sosial bagi suatu bangsa sangatlah penting. Karena, etika dan norma sosial itulah yang mengikat kebersamaan seluruh bangsa ini, terlepas dari perbedaan kepercayaan maupun agamanya. Maka kembali kepada moral dan budi pekerti yang mesti diajarkan disekolah-sekolah. Tidak hanya menjadi bahan formalitas dan teori belaka. Agama sebagai tuntunan moral dan budi pekerti harus menjadi “jalan hidup” bagi kita semua. Agar selamat dan memperoleh kedamaian dunia akhirat.
Apapun adanya valentine day, lihatlah sebagai kebudayaan manusia yang esensinya adalah kasih sayang. Islam adalah ajaran universal yang mendorong umatnya untuk menjadi rahmat/ “kasih” bagi sesama manusia dan alam semesta. Kita tak perlu takut dan ternodai akidahnya selama kita masih yakin berada di dalam keimanan yang kokoh. Rasulullah pernah berwasiat “bahwa segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya”, innamal a’malu binniyat. Niat dalam hati inilah yang perlu kita jaga. Sehingga akidah tetap terpelihara dalam setiap tindakan dan perbuatan. Sikap kedewasaan dan kearifan masih sangat diperlukan dalam hal ini. Apa yang diinginkan Al Quran dan Rasulullaah saw kepada kita umatnya sebenarnya sangatlah sederhana adalah agar kita menjadi rahmat bagi semesta alam. wamâ arsalanâka illâ rahmatan lil `âlamîn. Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat (kasih) bagi semesta alam. (Q.S Al Anbiya [21] :107). Wallahu a’lamu bi ash-showâb.
sumber