Ulat sagu yang dimasak dengan cara digoreng sebentar, lalu dibubuhi sedikit penyedap rasa. Maknyus!
Jika ada yang bertanya mengenai apa ulat terenak di
dunia, maka dengan cepat saya akan menjawab jika ulat tersebut adalah
ulat sagu. Banyak cerita mengenai kelezatan ulat yang hidup di pohon
sagu yang telah busuk ini, mulai dari wisatawan lokal, luar negeri,
maupun cerita dari warga Maluku sendiri. Beruntung saya akhirnya bisa
merasakan hewan lezat ini di Kampung Hualeisana, sebuah kampung kecil di
Pedalaman Pulau Seram, Maluku, di sela-sela perjalanan mendaki gunung
Binaiya.
Ulat Sagu (Rhynchophorus
ferrugineus)
merupakan jenis ulat yang hanya dapat di temui di pohon Sagu. Ulat ini
berwarna putih kecoklatan, bertekstur sangat lembut, dan mempunyai
kepala yang cukup keras. Ulat sagu dapat ditemui di tempat yang memiliki
tanaman endemik Sagu seperti Maluku, Irian, atau Papua Nugini.
Kebetulan saat mengunjungi kampung Hualeisana yang
berumur sangat tua ini, (konon menurut cerita seluruh warga Maluku awal
mulanya berasal dari kampung ini) kami sedang bertemu dengan bapak ketua
adat di dekat kebun sagu. Beliau lalu menawarkan kepada kami apakah
kami tertarik untuk mencoba ulat Sagu atau tidak. Dengan cepat saya
mengiyakan tawaran tersebut, karena sudah sangat lama saya penasaran dan
ingin sekali mencoba rasa ulat sagu dengan lidah saya sendiri.
Ulat sagu segar yang ditangkap di pohon bekas
panen
sagu ini kemudian dicuci, lalu langsung dimasak sebentar dengan cara di
tumis diatas api kecil, diberi sedikit bumbu penyedap rasa, lalu
disajikan panas-panas. Ketika pertama kali memasuki mulut saya, rasa
ulat yang sangat gurih ini terasa seperti meleleh di mulut, sangat
lembut, dan tentu saja rasanya sangat enak sekali! Teksturnya seperti
marshmallow dengan citarasa seperti lemak daging yang sangat lembut
namun lebih gurih. Yummy!
Kalau anda
berkesempatan travel ke pedalaman
Maluku, anda wajib sekali mencobanya. Karena menurut saya ulat sagu
adalah ulat terenak di dunia, dan jika disajikan 10 kilogram ulat sagu
pun sepertinya masih bisa saya habiskan seorang diri karena saking
enaknya. A must recommended to try!
sumber:http://aci.detik.travel/read/2011/12/02/125855/1781062/1274/ulat-terenak-di-dunia
sumber:http://aci.detik.travel/read/2011/12/02/125855/1781062/1274/ulat-terenak-di-dunia