Peringatan Hari Pahlawan 10 November di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, berlangsung megah. Peringatan yang ditujukan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah menyatu dengan tanah itu bahkan dihadiri langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan puluhan pejabat tinggi.
Namun di tengah kemegahan peringatan, terselip duka di hati para janda pahlawan. Setidaknya, itu yang tergambar di raut wajah Mamah Suamah (68), sambil memangku foto almarhum suaminya yang telah beristirahat tenang di Taman Makam Pahlawan, Kalibata.
Bukan lantaran dia bersedih mengenang masa-masa hidup sang suami, melainkan bayangan akan kehilangan rumah yang telah ditinggalinya bersama keluarga besar di Kompleks TNI AL Tanjung Priok, Jalan Gadang.
Mamah yang telah dikaruniai 16 cucu ini sudah 50 tahun lebih menghuni rumah tersebut. Sayang, dia dan sekira 16 keluarga pejuang lainnya sebentar lagi akan dievakuasi paksa dari rumah dinas. Surat perintah pengembalian dan pengosongan rumah negara kepada TNI AL dan pemerintah telah dia terima. Peringatan tersebut jatuh pada bulan ini, November.
"Katanya, warakawuri dengan yatim piatu tidak ada hak lagi, kami sudah tua, mau ke mana?" kata janda dari almarhum Achmad Chamin ini kepada okezone di depan TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/11/2011).
Mamah mengaku takut bernasib serupa dengan tetangganya, Yayat Ruyati. Janda pahlawan itu sejak 21 Juni 2011 kemarin, tak lagi dapat tinggal di rumah dinas yang ditinggalinya sejak sekira tahun 1950. Jangankan tinggal, untuk masuk saja Yayat tidak bisa. Kata Yayat, rumahnya telah dikunci paksa oleh petugas berbaju doreng.
"Rumah masih ada tapi digembok," katanya sambil menenteng sebungkus bunga tabur untuk makam suaminya.
"Alasannya Bu?"
"Karena saya jualan kopi," ujarnya.
Yayat tak habis pikir. Dia dituding telah menyalahgunakan pemfungsian rumah dinas. Padahal, dia mengaku membuka warung kopi untuk melanjutkan hidupnya setelah kepergian suaminya pada 2008 lalu.
Yayat sempat bertahan tinggal di depan rumahnya dengan menggunakan tenda, berharap aparat keamanan yang berjaga berbaik hati membukakan kunci rumah dan menyilahkannya mengemas barang-barang. Namun beberapa kali kunjungan petugas, Yayat cuma bisa meratap.
"Barang-barang itu boleh diambil, tapi saya harus ke Lantamal, saya takut," ungkapnya.
Kini, Yayat tinggal berpindah-pindah di rumah anak-anaknya. Dia berharap, pemerintah dapat memberikan ganti rugi yang sepantasnya sebagai pengganti rumah dinas yang diambil kembali.
sumber:http://news.okezone.com/read/2011/11/10/337/527422/ketika-keluarga-pahlawan-nasional-makin-ditelantarkan